Ilustrasi dari Kannel Art
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari itu, aku berbahagia.
Aku melamar gadis pujaanku yang sudah aku kenal saat kuliah dulu.
Aku bukanlah orang berkecukupan pada awalnya. Aku memang tidak mampu. Tapi aku bisa menyelesaikan kuliahku dan mendapatkan pekerjaan yang sekarang mampu menghidupi keuanganku pribadi, bahkan mungkin untuk keluargaku di masa datang.
Tapi, dia memang kaya, aku tahu itu. Dan yang lebih penting lagi, dia menerimaku apa adanya.
Dan pada saat itu juga, aku langsung melaksanakan rencanaku untuk melamarnya.
Di luar dugaan, dia menerima lamaranku dan mengeluarkan surat pernikahan, yang dengan gembira langsung aku tanda tangani.
Harusnya pada waktu itu aku lebih teliti lagi.
...
3 bulan kemudian, kami menikah.
Tidak seperti dugaanku akan pernikahan yang dihadiri banyak orang, pernikahan kami sederhana, jika bukan rahasia.
Dan tidak seperti dugaanku pula, akulah yang menjadi pengantin wanitanya. Aku memakai gaun pernikahan berwarna putih bersih nan cantik, sedangkan dia memilih memakai tuxedo hitam yang elegan.
Seperti halnya pasangan yang baru menikah, selalu akan ada malam pertama.
Dan pakaianlah yang menentukan peranmu...
Akulah yang memuaskannya selama malam pertama ini.
Entah kenapa, ada bagian dari diriku yang menikmati hal ini, dan selalu ingin melakukannya setiap hari, sebagai 'istri'nya.
Tidak! Sakit sekali! Ya tuhan, aku tidak mampu lagi...
Tapi...
Perlahan, rasa sakit itu berubah menjadi nikmat. Aku menikmati semua prosesnya, dari yang kecil sampai yang besar, ternyata sanggup aku terima.
Dan sepertinya, aku mulai menikmati peranku sebagai 'istri', sementara dia bertindak sebagai 'suami', baik di kehidupan sehari-hari karena dia lebih mapan, maupun di atas tempat tidur karena dia berhasil menguasaiku. Wajar saja dia memintaku untuk berhenti bekerja mulai sebulan lalu.
Mulai saat ini, sepertinya aku harus terbiasa menjadi 'istri' yang baik untuk 'suami'ku... ❤
Tidak ada komentar:
Posting Komentar